The Little Match Girl (Gadis Penjual Korek Api)
The Little Match Girl
[Gadis Penjual
Korek Api]
Cerpen Terjemahan
Pengarang: Hans Christian
Andersen
Penerjemah: Harum Wibowo
M
|
entari baru saja memancarkan sinarnya yang terakhir
untuk menyambut malam yang sangat dingin. Salju menutupi seluruh permukaan
jalanan di sana. Di tengah suasana malam yang gelap dan dingin ini, seorang
gadis kecil berjalan dengan bertelanjang kaki. Dia kehilangan sandal usangnya
saat dia hendak menyeberangi jalan. Waktu itu ada kereta kuda yang melaju
dengan kencang ke arahnya, dan ketika dia berlari untuk menghindar, sandalnya
yang berukuran sangat besar lepas dari kakinya yang mungil.
Dia
mencoba untuk mencari sandalnya, namun salah satu sandalnya telah dibawa pergi
oleh seekor tupai yang mungkin akan menggunakannya sebagai tempat tidur
bayinya. Sedangkan yang satunya lagi tidak terlihat di manapun. Gadis mungil
itu terus berjalan di atas salju yang dingin sampai kakinya berwarna merah dan
biru. Di dalam keranjang yang ditutupi oleh celemek tua, dia membawa
berikat-ikat korek api untuk dijual. Dengan satu ikat korek api di tangannya,
dia mencoba menawarkan kepada siapapun yang ditemuinya. Namun selama hidupnya,
tidak ada seorangpun yang mau membeli korek apinya, atau bahkan memberikannya
uang sepeserpun.
Gadis kecil
itu terus melangkah dengan tubuh gemetaran karena kedinginan dan kelaparan.
Serpihan-serpihan
salju mulai menutupi rambutnya yang tergerai panjang dan mengikal dengan indah
di sekitar lehernya. Dia tidak pernah menyadari betapa cantik dirinya. Dari
balik jendela-jendela di sana, lilin-lilin bersinar memancarkan cahaya yang
berkilauan. Aroma angsa panggang yang lezat tercium dari dalam sana. Gadis
kecil itu baru teringat bahwa hari ini adalah malam tahun baru.
Di
sebuah sudut yang terbentuk oleh dua rumah, dia duduk dan langsung meringkuk. Dia
mendekapkan kaki mungilnya ke dada untuk menghalau rasa dingin yang menusuk
tubuhnya, tapi dia merasa semakin kedinginan. Dia tidak berani pulang ke rumah
karena dia belum berhasil menjual satupun korek api dan tidak bisa membawa
uang. Dia pasti akan dipukuli oleh ayahnya, lagipula di rumah juga sangat
dingin. Atap rumahnya tidaklah terlalu rapat sehingga angin dapat berhembus
masuk, walaupun celah terbesar di sana telah ditutupi dengan jerami atau kain.
Tangannya
yang mungil hampir mati rasa karena kedinginan. Dia lalu berpikir untuk
menyalakan satu batang korek api yang dibawanya untuk menghangatkan tangannya.
Saat dinyalakan, korek apinya berkobar dengan terang benderang. Apinya terasa
begitu hangat dan cerah seperti lilin. Gadis kecil itu kemudian mendekatkan
tangannya dan berguman, “Sunguh cahaya yang indah!”. Apinya yang berkobar
terang terasa begitu nyata baginya. Dia merasa bagai berdiri di dekat tungku
api yang hangat dan sangat indah. Dia kemudian mengulurkan kakinya, mencoba
untuk menghangatkannya juga. Namun api kecil itu segera padam, dan tunggu api
yang hangat tadi ikut lenyap. Yang tersisa hanyalah sebatang korek api yang
habis terbakar di tangannya.
Dia
menyalakan satu lagi batang korek api. Korek itu juga menyala dengan sinar yang
terang benderang. Ketika dia mendekatkan korek tersebut ke dinding, hal yang
ajaib pun terjadi. Dinding itu berubah menjadi transparan seperti kain kerudung
yang tipis, sehingga dia dapat melihat ke dalam ruangan. Di dalam sana terdapat
sebuah meja makan yang ditutupi oleh taplak seputih salju. Di atasnya dihiasi
dengan hiasan porselen yang indah. Hidangan angsa panggang mengepul di atas
meja. Ajaibnya lagi, angsa panggang tersebut tiba-tiba jatuh berguling dan
terus menggelinding mendekati si gadis kecil yang malang. Namun ketika korek
apinya padam, semua itu menghilang dan tidak ada lagi yang tersisa kecuali
dinding yang tebal, dingin, dan lembab.
Dia
menyalakan lagi korek yang lain. Sekarang dia merasa seperti duduk di bawah
pohon natal yang dihiasi dengan sangat indah. Pohon itu bahkan lebih besar dan
lebih indah daripada pohon natal yang pernah dilihatnya melalui kaca jendela
rumah pedagang kaya yang pernah dilaluinya. Ribuan cahaya menyala dengan
sinarnya yang menyilaukan di batang-batangnya yang hijau. Ketika gadis kecil
itu mencoba mengulurkan tangannya, korek apinya padam lagi. Sekarang cahaya
dari pohon natal itu naik setinggi-tingginya ke langit dan terlihat seperti
bintang di surga. Satu per satu bintang-bintang di sana melesat bagai komet dan
meninggalkan jejak api yang panjang.
“Ada
orang yang meninggal!” teriak gadis kecil itu. Dulu, neneknya, satu-satunya
orang yang pernah mencintainya, pernah berkata bahwa jika ada bintang jatuh,
artinya sebuah jiwa akan naik untuk menghadap Yang Maha Kuasa. Kini neneknya
telah meninggal.
Dia
menyalakan korek yang lain. Di tengah kilauan cahayanya yang besar, neneknya
berdiri dengan ekspresi wajah penuh cinta.
“Nenek!”
teriak gadis kecil itu. Air mata langsung mengalir di pipinya. “Cepatlah bawa
aku bersama nenek. Jika korek api ini padam, nenek akan menghilang seperti
tungku api yang hangat, angsa panggang yang lezat, dan pohon natal yang megah
tadi!” Dengan cepat dia menyalakan semua korek api yang dimilikinya untuk
memastikan agar neneknya tetap berada di sana. Korek-korek api itu memancarkan
cahaya yang begitu cemerlang seperti cahaya matahari di siang hari. Sebelumnya
dia tidak pernah melihat neneknya terlihat begitu cantik. Neneknya kemudian
menggandeng tangan mungil gadis kecil itu. Mereka berdua lalu terbang setinggi-tingginya
diiringi cahaya yang cerah dan penuh suka cita. Di atas sana mereka tidak lagi
merasa kedinginan, kelaparan, ataupun cemas. Mereka kini telah berada di sisi
Sang Pencipta.
Saat fajar
mulai menyingsing. Gadis mungil yang malang itu masih dalam posisi duduk,
dengan pipinya berwarna kemerahan, dan bibir yang tersenyum manis. Dia
bersandar di dinding, membeku, dan meninggal di malam tahun baru. Tubuhnya
terbujur kaku bersama dengan satu keranjang korek api yang telah habis
terbakar. “Dia ingin menghangatkan diri,” ujar seseorang. Tidak ada satupun
yang dapat membayangkan hal indah apa saja yang telah dilihat oleh gadis kecil
itu, atau kemegahan mimpi-mimpinya. Gadis kecil itu dan neneknya telah memasuki
sukacita tahun baru.
[selesai]
Comments
Post a Comment