The Lady or The Tiger?
The Lady or the Tiger?
[Wanita atau
Harimau?]
Cerpen Terjemahan
Pengarang: Frank Stockton
Penerjemah: Harum Wibowo
Pada zaman dahulu kala, hiduplah seorang raja setengah
kejam yang selalu mempunyai banyak ide kreatif. Hal ini sedikit dipengaruhi
oleh kemajuan peradaban Negara tetangganya, Roma. Dia dikenal ramah namun
selalu tegas, sehingga apapun ide yang muncul di dalam kepalanya akan segera
terlaksana. Dia bangga terhadap dirinya sendiri karena mempunyai banyak ide cemerlang.
Jika sistem politiknya berjalan dengan lancar, dia akan bergembira, namun jika
ada sebuah halangan atau sesuatu tidak berjalan sesuai rencananya, dia akan
menjadi lebih gembira, karena tidak ada yang lebih menyenangkan baginya selain
meluruskan benda yang bengkok lalu menghancurkannya berkeping-keping.
Salah satu
contoh kekejamannya yang setengah-tengah adalah dibangunnya arena bertarung.
Kegagahan dan keberanian yang dipertunjukkan dalam arena membuat pikiran
masyarakatnya lebih cerdas dan beradab.
Arena
bertarung yang dibangunnya bukanlah tempat di mana orang-orang dapat
mendengarkan teriakan kematian dan keputusasaan para gladiator, juga bukan
tempat untuk menyelesaikan konflik antara pendapat agamis dan perut yang lapar,
namun untuk tujuan yang lebih baik, yaitu untuk memperluas dan mengembangkan
mental masyarakat. Arena yang berbentuk seperti teater raksasa ini merupakan
tempat di mana keadilan ditegakkan, kejahatan dihukum, atau kebaikan dibalas
dengan imbalan setimpal dengan cara seadil-adilnya.
Ketika
seseorang dituduh melakukan kejahatan yang cukup besar sehingga menarik
perhatian sang raja, anggota kerajaan akan menyebarluaskan pengumuman mengenai
hari di mana takdirnya akan ditentukan di arena sang raja. Struktur penegakan
keadilannya sesuai dengan nama tempat tersebut, walaupun bentuk bangunannya
merupakan inspirasi dari Negara tetangga. Namun tetap saja, idenya yang selalu
setengah kejamlah yang membuat arena ini unik dan lain daripada yang lain.
Tidak ada satupun raja di dunia ini yang pernah terpikirkan ide untuk membuat
arena seperti dirinya.
Ketika semua
orang telah berkumpul dan duduk di atas balkon, sang raja, dengan dikelilingi
oleh para pelayan kerajaan, akan berdiri dari singgasananya yang terletak di
salah satu sisi arena, lalu memberi sinyal agar pintu di bawahnya dibuka.
Kemudian, sang terdakwa pun akan masuk ke dalam teater raksasa tersebut. Tepat
di hadapan terdakwa terdapat dua buah pintu kembar. Terdakwa kemudian
diharuskan untuk berjalan ke depan pintu-pintu ini lalu membuka salah satunya.
Dia bebas memilih pintu yang mana saja yang diinginkannya. Dia tidak akan
dipengaruhi sedikitpun atau dengan cara apapun sehingga sistem ini dianggap
sangat adil. Jika dia membuka salah satu pintu, maka bisa jadi seekor harimau
buas dan lapar akan keluar dan merobek-robek tubuhnya dan itu artinya dia
dinyatakan bersalah. Ketika seorang terdakwa mendapatkan takdir seperti itu,
lonceng tanda bela sungkawa akan dibunyikan, para pelayat yang telah
dipekerjakan akan menangis terisak-isak, dan seluruh penonton pulang dengan
kepala tertunduk dan bersedih hati sebagai tanda bela sungkawa yang mendalam
karena seorang yang begitu muda, tua, atau terhormat harus mengalami nasib
seperti itu.
Namun jika
seorang terdakwa membuka pintu dan yang keluar adalah seorang wanita cantik
yang telah dipilih oleh sang raja sebelumnya, maka mereka akan langsung
dinikahkan. Ini artinya dia dinyatakan tidak bersalah. Tidak peduli jika
terdakwa telah mempunyai istri atau keluarga, atau bahkan jika pernikahan
tersebut menentang peraturan dalam agama yang dianut terdakwa. Sang raja tidak
ingin hal sepele seperti itu menghalangi sistem penegakan keadilannya. Contoh
seperti ini segera terjadi di dalam arena. Pintu di bawah singgasana sang raja
terbuka, dan arak-arakan musik dan tarian yang meriah mengiringi seorang
pendeta yang telah membuka pintu yang dibaliknya menunggu wanita cantik.
Pernikahan mereka pun segera dilaksanakan saat itu juga. Kemudian sang pendeta
yang telah dinyatakan tidak bersalah pulang bersama istrinya dengan diiringi
oleh anak-anak yang menebarkan bunga di sepanjang jalan mereka.
Beginilah
cara sang raja setengah kejam menegakkan keadilan yang seadil-adilnya. Terdakwa
bebas memilih pintu yang mana saja yang dia suka. Dia tidak tahu apa yang akan
keluar dari balik pintu yang dipilihnya; harimau buas yang akan memangsanya
atau wanita cantik jelita yang akan menikahinya. Terkadang harimau muncul dari
pintu di sebelah kiri, namun terkadang dari pintu sebelah kanan. Cara
pengambilan keputusan seperti ini tidak saja sangat adil, namun juga pasti.
Jika terdakwa dinyatakan bersalah, maka dia akan segera dihukum saat itu juga,
dan jika dia dinyatakan tidak bersalah, maka dia akan dinikahkan saat itu juga,
tidak peduli dia suka atau tidak. Tidak ada seorang terdakwapun yang dapat
lolos dari penghakiman sang raja.
Arena
penghakiman ini sangat populer. Ketika orang-orang berkumpul untuk menyaksikan
sebuah pengadilan, mereka tidak pernah bisa menebak apakah mereka akan
menyaksikan pembantaian yang mengerikan atau pesta pernikahan yang meriah.
Kejutan yang tak bisa ditebak ini selalu menghibur semua orang. Ditambah lagi,
tidak akan ada yang merasa keberatan terhadap keadilan sistem ini, karena
terdakwa sendirilah yang tahu pasti apakah dia bersalah atau tidak.
Raja setengah
kejam ini memiliki seorang putri yang cantik jelita. Dia memiliki sifat
setengah kejam seperti ayahnya. Seperti dalam kisah-kisah dongeng lain, sang
raja sangat menyayangi putrinya. Kisah percintaannya pun sama seperti di dalam
dongeng pada umumnya; dia mencintai seorang pemuda yang berasal dari kalangan
menengah. Walau bagaimapun, sang putri sangat mencintai kekasihnya ini, karena
dia adalah pemuda yang sangat tampan dan memiliki keberanian yang tak bisa
ditandingi oleh siapapun di kerajaan. Dia mencampurkan sedikit bumbu kekejaman
dalam kisah percintaannya, sehingga hubungan mereka menjadi sangat hangat dan
erat. Kisah cinta terlarang ini berlanjut selama beberapa bulan, sampai sang
raja mengetahuinya. Dengan tidak ragu-ragu, dia menjebloskan sang pemuda ke
dalam penjara dan menentukan tanggal pengadilan sang pemuda di arena
penghakiman. Tentu saja kejadian ini menarik perhatian semua orang, sang raja
bahkan tidak sabar menunggu hari penghakiman sang pemuda, karena dia ingin tahu
apa yang akan terjadi selanjutnya. Lagipula hal seperti ini belum pernah
terjadi sebelumnya, karena tidak ada seorangpun yang berani mencintai putri
sang raja. Zaman sekarang hal seperti itu memang sudah lumrah, namun pada zaman
dahulu, kisah cinta antara seorang pemuda biasa dan putri raja adalah hal yang
menghebohkan dan tidak seromantis yang orang pikirkan.
Sang raja
memerintahkan pelayannya untuk mencari seekor harimau yang paling buas di
kerajaannya, dan pada saat yang sama, seorang pelayan diperintahkan untuk
mencari seorang wanita muda yang paling cantik. Semua orang telah mengetahui
bahwa sang pemuda memang menjalin hubungan dengan sang putri, dan tidak ada
seorang pun, termasuk sang pemuda dan putri, yang membantah tuduhan ini.
Walaupun ada yang ingin membantah, sang raja tidak akan ambil pusing dan tetap
akan melaksanakan pengadilan, karena dia sudah terlanjur sangat tertarik dengan
kasus ini. Dia tidak peduli bagaimana jadinya hubungan mereka nantinya, karena
yang pasti sang pemuda akan disingkirkan, entah karena harimau buas atau
pernikahan dengan wanita cantik. Sang raja hanya ingin menikmati jalannya
pengadilan yang akan menentukan apakah sang pemuda bersalah karena telah
mencintai putrinya atau tidak.
Hari yang
ditunggu-tunggu pun tiba. Semua orang, baik dari tempat yang jauh atau dekat,
berkumpul di dalam arena. Orang-orang yang tidak dapat masuk karena tempatnya
telah penuh, terpaksa hanya bisa berkumpul di luar bangunan. Sang raja dan
pelayannya sudah siap di tempatnya; tepat di hadapan dua pintu kembar yang akan
menentukan nasib sang pemuda.
Semuanya
telah siap. Aba-aba diberikan. Pintu di bawah tempat duduk sang raja dibuka,
dan masuklah kekasih sang putri ke dalam arena. Ketampanan sang pemuda
mengundang decak kagum sekaligus rasa cemas para penonton. Lebih dari setengah
para penonton tidak tahu bahwa seorang manusia setampan itu pernah tinggal di
antara mereka. Pantas saja sang putri mencintainya! Sayang sekali dia sekarang
berdiri di dalam arena.
Sang pemuda
melangkah maju ke dalam arena, berbalik menghadap sang raja, lalu menunduk
hormat padanya. Tapi dia tidaklah sedang melihat sang raja. Matanya tertuju
pada sosok sang putri yang duduk di sebelah ayahnya. Kalau bukan karena
sifatnya yang setengah kejam, sang putri tidak akan mungkin hadir di sana.
Lagipula semangat jiwanya tidak akan membiarkan dia absen untuk menghadiri
acara semenarik ini. Sejak saat sang raja menitahkan bahwa nasib kekasihnya
akan ditentukan di dalam arena, dia tidak lagi memikirkan apa-apa selain
hal-hal yang berkaitan dengan pengadilan ini. Karena dia memiliki kekuasaan,
pengaruh, dan sifat yang lebih keras dibanding siapapun yang tertarik dengan
kasus ini, dia akhirnya melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukan oleh
siapapun sebelumnya; dia mengetahui rahasia pintu kembar tersebut. Dia mengetahui
pintu mana yang menyimpan harimau buas yang lapar dan yang mana yang menyimpan
wanita cantik. Pintu tebal ini telah dipalisi oleh kulit agar orang yang
mendekati pintu tidak dapat mendengar apapun yang ada di balik pintu. Namun
emas dan hasrat kuat seorang wanita membuat sang putri mengetahui rahasia
tersebut.
Dia tidak
hanya tahu di balik pintu mana sang wanita cantik menunggu dengan malu-malu,
namun dia juga tahu siapa wanita tersebut. Dia adalah dara tercantik dan
termanis yang terpilih sebagai imbalan jika sang pemuda dinyatakan tidak
bersalah karena telah mencintai seseorang yang memiliki posisi jauh di atasnya.
Sang putri sangat membenci wanita tersebut. Sering kali dia melihat, atau
mengira dia melihat, makhluk jelita ini sekilas memandang kekasihnya dengan
tatapan sayang, dan terkadang dia merasa tatapannya dibalas oleh kekasihnya.
Kadang-kadang dia menyaksikan mereka sedang mengobrol sebentar, namun pastinya
banyak yang dapat dikatakan dalam waktu yang singkat. Mungkin saja percakapan
mereka tentang sesuatu yang tidak penting, tapi bagaimana sang putri dapat
mengetahuinya? Dia memang gadis jelita, namun betapa lancangnya dia karena
telah tertarik dengan kekasih putri raja. Darah kejam yang mengalir dari para
leluhurnya yang sepenuhnya kejam, membuatnya sangat membenci wanita yang sedang
menunggu dengan malu-malu di balik pintu itu.
Ketika sang
pemuda berbalik dan menatap sang putri yang duduk dengan wajah yang lebih pucat
daripada semua orang di sekitarnya, dia melihat mata sang putri menunjukkan
bahwa dia tahu pintu mana yang dibaliknya ada harimau atau wanita. Dia memang
telah mengira bahwa sang putri pasti akan mengetahuinya. Dia paham watak sang
putri, dan dia yakin bahwa sang putri tidak akan bisa tidur tenang sebelum dia
mengetahui rahasia yang bahkan tidak diketahui oleh sang raja ini. Satu-satunya
harapan agar sang pemuda mendapatkan kepastian adalah jika sang putri berhasil
mengetahui misteri tersebut, dan begitu dia melihat sang putri, dia tahu bahwa
dia berhasil, karena hatinya pun yakin sang putri pasti akan berhasil.
Tatapan
sekilas dari sang pemuda jelas menunjukkan bahwa dia bertanya, “Yang mana?”
Tatatapan itu dapat dibaca dengan jelas oleh sang putri seolah sang pemuda
berteriak kepadanya. Tidak ada lagi waktu yang harus dibuang percuma.
Pertanyaan telah diajukan dengan cepat dan tersembunyi, maka pertanyaan itu
harus dijawab dengan cepat dan tersembunyi pula.
Sang putri
sedikit menaikkan tangan kanannya, dan membuat gerakan kecil dan cepat ke arah
kanan. Tidak ada satupun orang yang melihat ini selain kekasihnya, karena mata
semua orang telah terpaku pada pemuda yang berdiri di dalam arena.
Dia berbalik
memunggungi sang raja dan putri, dan dengan langkah pasti dia berjalan ke
tengah arena. Jantung semua orang berhenti berdegup, napas ditahan, dan mata
terpaku pada sang pemuda. Tanpa ragu-ragu sedikitpun, dia melangkah mendekati
pintu sebelah kanan lalu membukanya.
Nah,
sekarang inti cerita ini adalah; apakah yang keluar dari pintu adalah singa
atau wanita?
Semakin jauh
kita memikirkannya, semakin sulit kita akan menemukan jawabannya. Kita perlu
memahami hati manusia yang berupa labirin yang sangat luas dan rumit.
Pikirkanlah jawabannya, pembaca yang bijak. Namun bukan sebagai dirimu sendiri,
tapi sebagai sang putri yang memiliki darah panas dan watak setengah kejam,
sementara hatinya terbakar oleh keputusasaan dan kecemburuan. Jelas apapun yang
terjadi sang putri akan kehilangan sang pemuda, tapi siapa yang berhak
mendapatkannya?
Bayangkan
betapa seringnya dia ketakutan karena membayangkan dan bermimpi kekasihnya
membuka pintu yang dibaliknya seekor singa buas dan lapar menunggu dengan
taring yang tajam.
Tapi
bayangkan juga betapa lebih seringnya dia membayangkan jika kekasihnya membuka
pintu yang lain! Bayangkan bagaimana dia menggertakkan giginya, dan menjambak
rambutnya sendiri ketika dia membayangkan ekspresi bahagia kekasihnya karena
telah membuka pintu yang dibaliknya ada seorang wanita cantik jelita! Bayangkan
betapa sakit hatinya ketika dia membayangkan kekasihnya berlari menyambut sang
wanita dengan pipinya yang kemerahan dan kilauan kemenangan di matanya, ketika
dia melihat kekasihnya berjalan sambil bergandengan tangan dengan wanita
tersebut dan diiringi oleh arak-arakan yang meriah, ketika teriakan dan
dentingan lonceng dengan gembira menyambut mereka, ketika dia melihat pendeta
datang untuk menjadikan mereka suami-istri yang sah, dan ketika dia melihat
mereka berjalan bersama di atas bunga-bunga yang ditaburkan oleh anak-anak
dengan wajah bahagia dan diiringi ucapan-ucapan selamat yang membuat teriakan
putus asa sang putri tenggelam tak terdengar!
Bukankah
pemuda tersebut lebih baik mati dimakan harimau dan menunggu sang putri di
suatu tempat di alam sana?
Tapi jangan
lupa bagaimana sang putri ketakutan jika membayangkan harimau buas
mencabik-cabik tubuh kekasihnya.
Sang putri
telah membuat keputusannya. Keputusan tersebut dibuatnya dengan batin yang
tersiksa siang dan malam. Dia yakin bahwa kekasihnya pasti akan bertanya, dia
telah menentukan jawabannya, dan tanpa ragu-ragu dia menggerakkan tangannya ke
kanan.
Pertanyaan
tentang apa keputusan sang putri, bukanlah sesuatu yang sepele, dan aku juga
bukanlah orang yang dapat menjawabnya. Jadi, sekarang kuserahkan pertanyaan ini
kepadamu; apa yang akan keluar dari balik pintu sebelah kanan tersebut—wanita
atau harimau?
[selesai]
Comments
Post a Comment