Posts

Showing posts from 2017

Rendezvous

Rendezvous Cerita Pendek Karya Agus Noor Suatu malam aku terdampar di sebuah kafe. Ah, terdampar! Aku merasa pas dengan ungkapan itu. Seperti biasa, begitu malam menyepuhkan kelam, aku segera berkelebat keluar rumah seperti kelelawar terpesona kegelapan yang gaib. Kegelapan yang selalu membuat seluruh sarafku meremang lantaran sisa hangat matahari yang bagai menguap, suara-suara yang perlahan mengendap dalam gelap, remang bayang dan langit yang bimbang menyaksikan kota yang mengubah diri dengan terang cahaya. Tetapi, kesunyian yang menyebar di udara bagai menghisap gemerlap cahaya itu, hingga kota terlihat memucat seperti wajah seorang tua yang tengah sekarat. Mobil meluncur pelan dan tenang. Aku seperti mengapung dalam genangan cahaya yang berkilatan di jalanan yang basah karena sisa hujan. Sungguh, alangkah ganjilnya kota ini. Angin yang berkesiur bagai menghembuskan kutuk. Sesekali, terdengar erang panjang, mengambang, lalu pelan-pelan menghilang dalam gulungan awan...

Aku Bukan Patung: Cerpen Hastarika

Aku Bukan Patung Karya: Hastarika Purwitasari Awalnya gelap, tapi tiba-tiba...cahaya mentari menyilaukan. Sangat menyilaukan, tapi kenapa aku tidak bisa menutup mataku? Ya Tuhan, apa yang terjadi padaku? Tubuhku, oh tubuhku tidak bisa bergerak. Kenapa tubuhku membeku seperti ini? Kenapa ini Tuhan? Air, ikan koi, bunga teratai merah muda? Aku dikelilingi mereka. Aku berada di tengah-tengah....kolam? Kenapa aku bisa berada di tengah kolam ini, Tuhan? Burung pipit kecil hinggap di bahuku, meloncat, lalu pergi. Hei burung pipit kecil, tolong aku, aku tidak bisa bergerak. Hei, jangan pergi..ya Tuhan, bagaimana ini? Apakah suaraku tidak terdengar? Siapapun, aku mohon tolong aku! Sepanjang hari, orang-orang yang lewat menyebutku tampan. Ah, benarkah. Aku bahkan tidak menyadarinya. Aku terdiam lagi, mendengarkan gemericik pancuran air kolam, mengamati bunga teratai merah muda yang perlahan mekar, meninggalkan masa kuncupnya. Bunga mawar merah muda, bunga lily, anyelir, bunga ker...

Tukang Cukur

Tukang Cukur oleh  Gus tf Sakai (dimuat dalam  Kompas , 27 Agustus 1995) Barangkali memang ada perubahan dalam dirinya. Tapi entahlah. Sebagai seorang tukang cukur, ia hanya berhadapan dengan kerutinan, melakukan hal yang sama setiap hari sampai-sampai ia pernah berpikir hidup ini hanyalah perulangan dan karenanya tak ada yang penting. Heran, bagaimana tiba-tiba dalam dirinya muncul semacam harapan? Barangkali itu bukan harapan. Barangkali hanya semacam perasaan senang, perasaan suka, seperti yang selama ini selalu ia ciptakan untuk menghilangkan kejemuan setiap tangannya bergerak meluncur turun-naik berulang-ulang menekan kulit dengan pisau cukur yang dimiringkan. Ia nikmati luncuran pisau itu saat tiba di pipi, di dahi, tapi ia akan lebih senang lagi ketika pisau cukur itu tiba di dagu. Dagu yang kokoh. Dagu lelaki. Tak jarang ia tiba-tiba mengangkat wajah, menatap ke cermin, membandingkan dagu yang tengah ia cukur dengan dagunya yang tirus dan halus. Heran, ke...

Sistem yang Menenangkan

The System of Dr. Tarr and Prof. Fether   [Sistem yang Menenangkan] Cerpen Terjemahan Pengarang: Edgar Allan Poe Penerjemah: Harum Wibowo Musim gugur ta hun 18xx. Dalam perjalananku melewati provinsi-provinsi bagian selatan Prancis yang terkenal ekstrim, aku memutuskan untuk mengunjungi rumah sakit jiwa swasta Maison de Sante yang telah sering kudengar dari rekan kerja medisku. Karena aku belum pernah mengunjungi tempat seperti itu sebelumnya, maka pikirku kesempatan ini sayang untuk dilewatkan. Jadi, aku membujuk teman seperjalananku (seorang pria yang baru kukenal sejak beberapa hari yang lalu) agar kami memutar haluan barang satu atau dua jam untuk melihat-lihat tempat tersebut. Dia segera menolak. Pertama, alasannya, kami seharusnya berjalan lebih cepat, dan kedua, dia tidak ingin bertemu dengan orang-orang gila.Namun, dia bersikukuh agar jangan ada rasa bersalah kepadanya jika aku ingin meninggalkannya untuk memenuhi keingintahuanku, dan dia akhirnya m...